Bit, Mengkudu, dan Air Putih

Saya berdomisili di kota besar di Provinsi Riau, dan bekerja yang sifatnya tidak di dalam ruangan (kantor), tetapi di lapangan (proyek), sehingga kecendrungan untuk merokok lebih leluasa dan bebas, tidak seperti di dalam ruangan kantor. Jujur saya bisa habiskan rokok sampai tiga bungkus sehari, dan pertama mulai merokok semenjak SMA dulu hingga terakhir tahun 2004 bulan Januari. Baru total berhenti ketika sudah divonis menderita kanker paru-paru stadium IIIB, pada usia saya saat itu kira-kira 39 tahun.

Seingat saya, sebelum mendapat vonis kena kanker paru-paru, kira-kira selama enam bulan menjelang Januari 2004, saya selalu mengeluh sakit kepala yang amat sangat, yang kadang-kadang timbul, dan kadang tidak. Di bagian tengkuk selalu keringat dingin, kadang batuk-batuk, nafsu makan mulai menurun, saya anggap hanya karena kelelahan dalam bekerja dan karena tekanan kerja sehingga kurang nafsu makan. Otomatis berat badan mulai menurun, sering merasa lemas dan lelah. Biasanya saya selalu meminum obat sakit kepala, obat batuk, dan multivitamin, dan tidak terpikir sedikit pun itu adalah gejala dari kanker paru-paru.

Puncaknya pada tanggal 28 Januari 2004, ketika bangun pagi, terasa sesak dan sakit di dada sebelah kanan, seperti ditusuk-tusuk, sampai untuk tarik nafas pun sudah susah karena setiap tarik nafas akan menimbulkan nyeri dan sakit yang amat sangat. Juga punggung sebelah kanan terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, sampai harus dibantu dengan alat pernafasan sebelum dibawa ke rumahsakit.

Ketika sampai di RS diperiksa oleh dokter SpPD, diberi obat antibiotik dan dirontgen, kemudian opname. Malam harinya dokter dengan sangat hati-hati memberitahukan kepada istri saya, dari hasil rotgen kemungkinan ada tumor di dada, dan belum diketahui ganas atau jinak. Selain itu dokter tersebut juga memberikan info, untuk melakukan pembedahan harus dirujuk ke Jakarta atau ke Medan.

Singkat cerita, akhirnya dengan perasaan yang berkecamuk dan seperti dunia ini mau runtuh rasanya, kami putuskan bersama keluarga untuk melakukan operasi dan pengobatan selanjutnya di luar Provinsi Riau.

Pada tanggal 1 February 2004 setelah dilakukan check secara keseluruhan oleh dokter onkologi (kalau tidak salah) dan dokter bagian bedah, maka pada tanggal 2 February 2004 dilakukan operasi dan satu minggu kemudian diketahui bahwa hasilnya adalah kanker stadium IIIB (saya lupa jenis kankernya, tapi ada bagian jaringan yang ditunjukkan kepada istri saya, yang diambil dari paru-paru sebelah kanan).

KEMOTERAPI, BIT, AIR PUTIH

Maka saya pun harus menjalani kemoterapi sebanyak delapan kali, dengan interval setiap tiga minggu sekali. Dengan dorongan dari semua keluarga dan sahabat, saya harus menjalani kemo, dan puji Tuhan saya dapat menjalaninya, walaupun penuh dengan banyak ujian dan perjuangan, karena ketika kemo yang keempat saya hampir menyerah karena tidak mampu lagi untuk menjalaninya. Namun saya dikuatkan oleh semangat dan keinginan untuk sembuh demi anak-anak saya yang masih kecil-kecil.

Anak saya ada 3 orang, yang paling besar saat itu umur 5 tahun dan yang terkecil umur 11 bulan. Saya mohon kepada Tuhan saat itu, “Tuhan beri saya kesempatan untuk ikut melihat dan membesarkan anak-anak saya.” Kemudian semangat saya timbul begitu besar untuk sembuh dan tidak mau dikalahkan oleh penyakit tersebut.

Puji Tuhan berkat anugerah-Nya dan semangat serta dukungan yang luar biasa dari sanak-saudara dan sahabat, hingga hari ini (jalan tujuh tahun) masih bisa melihat anak-anak saya bertumbuh dan berkembang, bisa bekerja tanpa halangan, bisa mensyukuri semua ciptaan Tuhan, dan yang lebih penting saya akan lebih menghargai kesehatan dan kesempatan yang diberikan kepada saya dengan cara lebih disiplin menjaga dari pengaruh-pengaruh yang diduga penyebab kanker, baik makanan maupun material-material lain.

Semenjak mulai kemo pertama hingga kemo terakhir (selama enam bulan) dan seterusnya selama satu tahun penuh, saya mengkonsumsi sejenis umbi-umbian yang warnanya merah, yaitu bit, yang disajikan dengan cara diblender, sehingga intinya ikut dikonsumsi, sebanyak dua kilo setiap hari. Minumnya diatur dua atau tiga kali sehari dengan cara dibagi rata. Juga saya mengkonsumsi buah mengkudu matang dengan cara direbus kemudian diperas, air perasannya diambil kira-kira dua gelas setiap hari.

Sampai hari ini, saya masih tetap mengkonsumsi bit, walaupun porsinya dikurangi menjadi satu buah yang sedang setiap kali. Sehari saya mengkonsumsi dua kali dengan cara diblender, sedangkan buah mengkudu sudah saya berhentikan karena takut berpengaruh ke ginjal.

Juga tiga tahun belakangan ini sampai sekarang, saya minum 1,5 liter air putih pada saat bangun pagi, dengan cara sekaligus diminum (dalam waktu 5 menit). Pengalaman saya, awalnya memang berat, rasanya mau muntah, tetapi kalau sudah niat apapun bisa dilakukan. Efeknya saya rasakan sangat luar biasa, dengan memberi kebugaran dan ketahanan fisik. Sampai saat ini sekali setahun saya tetap melakukan check up, dan juga tetap siap dan tetap menjalankan langkah-langkah antisipatif, serta yang paling penting adalah selalu positive thinking.

Demikian yang bisa saya sharingkan kepada siapapun yang saat ini mengalami penderitaan akibat kanker, maupun keluarga yg kita cintai, mudah-mudahan bisa bermanfaat, amin. Kurang lebih mohon maaf apabila kurang berkenan. Best Regards, Henri David, rumahkanker.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar